Candi Prambanan

Candi Prambanan
Gambar Candi

Selasa, 23 Maret 2010

Candi - Candi Sekitar Candi Prambanan

• Candi Rara Jonggrang (Candi Siwa)
Candi Rara Jonggrang dengan luas dasar 34 meter persegi dan ketinggian 47 meter mulai dibangun kembali pada tahun 1918, selesai dipugar dan diresmikan Presiden RI Dr. Ir. Sukarno pada 20 Desember 1953. Candi Rara Jonggrang terletak dideretan sebelah barat menghadap ke timur. Candi Rara Jonggrang disebut sebagai candi Siwa karena didalam candi ini terdapat arca Siwa Mahadewa yang merupakan arca terbesar, dengan gambaran demikian Dewa Siwa mendapat penghormatan lebih daripada dua Dewa lainnya. Menurut pelajaran agama Hindu, penghormatan tertinggi ialah Dewa Brahma sebagai pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam. Di Jawa penghormatan dan kedudukan Dewa-dewa agak berlainan, Dewa terpenting Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan yang ketiga Dewa Brahma. Bangunan candi Rara Jonggrang terbagi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang masih diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian sedangkan kepala melukiskan “dunia atas” tempat para Dewa. Keempat pintu masuk pada candi Rara Jonggrang ini sesuai dengan empat arah mata angin, pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuk yang terbesar. Di sebelah kanan dan kiri tangga masuk terdapat dua buah arca raksasa penjaga dengan membawa gada yang merupakan manifestasi dari Siwa. Sebelah kanan dan kiri dinding tangga, terdapat candi kecil yang beratap tinggi dan mempunyai ruang kecil yang berisi sebuah arca, Arca-arca kecil yang terlepas berdiri diantara dua tiang dan diatasnya dengan menonjol ke luar terlihat gambar gabungan kala-makara. Pintu masuk candi utama seperti pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. Pintu masuk candi. Disekeliling luar kaki candi pada dinding terdapat dua macam gambar berdampingan secara berganti-ganti. Gambar pertama menggambarkan ruang kecil yang menonjol keluar dan berisi seekor singa yang berdiri diantara dua tiang dan diatasnya terdapat gambar kala-makara. Kalamakara merupakan kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi. Gambar yang demikian juga terdapat pada semua dinding dari lima candi besar lainnya. Gambar kedua menggambarkan suatu pohon yang daunnya terpahat halus dan dibawah kanan-kiri terdapat gambar hewan-hewan: kijang, merak, kambing jantan, kelinci, kera, angsa, dan lain-lain. Sedangkan pada lima candi besar lainya berupa burung yang berkepala manusia dan disebut kinara. Gambar hiasan dinding candi seperti pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Gambar Hiasan dinding candi Candi Rara Jonggrang terdapat empat ruangan yang menghadap ke arah empat mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah. Ruang terdepan kosong, sedangkan ketiga ruang lainnya berisi masing-masing arca : Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga (Rara Jonggrang). Arca Siwa Mahadewa berada pada tengah-tengah candi. Letak Arca-arca di candi Prambanan seperti pada Gambar 3.5. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana. Relief candi terlihat seperti pada Gambar 3.6. Dinding candi sebelah atas terdapat dua macam bentuk gambar. Gambar pertama menggambarkan ruang kecil bertiang dua dan diatasnya terdapat kala dan makara. Pada tiap ruang kecil terdapat tiga arca menggambarkan orang laki-laki dengan perempuan berpelukan, gambar kedua menggambarkan penari dan pemuluk bunyi-bunyian dalam sikap yang beraneka warna.
• Arca Siwa Mahadewa
Arca Siwa Mahadewa terletak pada tengah-tengah candi, setelah melewati sebuah ruang kosong. Arca Siwa Mahadewa berdiri diatas landasan batu dengan posisi mengheningkan cipta. Arca Siwa ini mempunyai ketinggian 3 meter dan berdiri diatas landasan batu dengan tinggi 1 meter. Di antara kaki arca dan landasannya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Batu landasan dibagian atas dibuat saluran mengeliling dan keluar melalui mulut naga dibagian utara batu landasan. Apabila arca tersebut dicuci maka air akan mengalir kebawah masuk disaluran dan keluar melalui mulut naga dan diterima dengan tempat air. Arca Siwa yang menggambarkan raja Balitung, tanda-tanda sebagai Siwa dapat dilihat antara lain: tengkorak diatas bulan sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat berselempangkan ular yang kepalanya terlihat diatas, kulit harimau dipinggangnya, tangan kiri belakang memegang kipas, tangan kanan belakang memegang tasbih, tunas bunga teratai dan benda bulat sebagai benih alam semesta, serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan depan kanan kiri dalam sikap sesuai dengan rautan muka dan pandangan matanya yang sedang bersemadi. Lengan kanan kiri memakai gelang lengan (kelat bahu), dilehernya memakai kalung bersusun, tangan dan kaki memakai gelang. Selain itu arca Siwa ini juga memakai mahkota yang penuh perhiasan, yang menggambarkan seorang raja yang memakai pakaian kebesaran. Gambar Arca Siwa Maha Dewa terlihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Arca Siwa Maha Dewa Dibawah landasan arca terdapat sumur yang dalamnya 13 meter persegi dan berisi tanah dan pada kira-kira 5,75 meter diketemukan suatu peti batu dengan tutup yang terletak diatas tanah bercampur arang dan bakaran tulang-tulang hewan. Tulang-tulang tersebut berasal dari kambing dan ayam, diantaranya terdapat lembaran-lembaran kecil dari emas dengan tulisan yang berbunyi “Waruna” sebagai nama Dewa laut dan “Prawata” sebagai nama Dewa Gunung. Didalam peti juga terdapat lembaran kecil dari emas dan kuningan, yang dibagi-bagi dalam petak-petak dan bercat, selain itu terdapat 20 buah mata uang, berupa batu permata, merjan, potongan lembaran emas dan perak, satu tiram dan 12 lembaran emas yang lima diantaranya berbentuk bulus, naga, bunga teratai, tempat upacara agama, telur, sedangkan lainnya berisi tulisan-tulisan. Pada dinding ruang Siwa dihias dengan sangat halus dan terbagi menjadi tiga bagian yang terpisah dan berlainan. Bagian tengah dihias dengan gambar cakra dan trisula dalam bentuk bunga dan bagian kanan kirinya dihias dengan gambar bunga mawar. Pada zaman Hindu orang-orang beranggapan bahwa raja adalah penjelmaan dari Dewa, sebab itu sang raja dihormati dan dipuji sebagai Dewa juga. Oleh karena itu raja Balitung dianggap sebagai penjelmaan Siwa dan sehingga setelah wafat dicandikan sebagai Siwa oleh keturunan dan rakyatnya. Raja Balitung selain raja juga mempunyai kedudukan sebagai pendeta atau pemimpin agama.
• Arca Siwa Maha Guru
Diruang sebelah selatan, menghadap candi Brahma terdapat arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru berwujud seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut dalam bentuk seorang yang sedang bertapa dan menggambarkan seorang guru. Arca ini dimaksudkan untuk menggambarkan seorang pendeta dalam kraton raja Balitung, selain itu juga menjadi penasihat dan guru bagi raja Balitung. Arca Siwa Maha Guru terlihat seperti pada Gambar 3.8. Gambar 3.8. Arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru mempunyai tanda-tanda seorang petapa antara lain: tangan kanannya memegang tasbih, tangan kirinya memegang kendi (tempat air) dan diatas bahunya terdapat kipas. Trisula yang terletak disebelah kanan belakangnya menandakan senjata khas Siwa. Ruang dan arca Siwa Maha Guru mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan Siwa Maha Dewa, tetapi sama dengan ketiga ruang lainnya. Dinding ruang Siwa Maha Guru tidak terdapat hiasan.
• Arca Ganesha
Pada ruang ketiga yang menghadap kebarat berisi arca Ganesha. Arca Ganesha merupakan arca manusia berkepala gajah bertangan empat yang sedang duduk dengan perutnya yang gendut. Arca Ganesha berarti Dewa bahagia. Arca Ganesha mempunyai tanda-tanda antara lain : tangan kanan belakangnya memegang tasbih dan tangan belakang kiri memegang kampak sedangkan tangan kanan depannya memegang patahan gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk di tangan kiri depan yang sedang dihisap dengan belalainya. Ujung belalai dari arca Ganesha ini dimasukkan kedalam mangkuk itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengeta
huan. Gambar 3.9. Arca Ganesha. Ganesha menjadi lambang kebijksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala kesulitan. Pada mahkota terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa dia anak Siwa dan Uma, istrinya. Arca Ganesha ini menggambarkan putera mahkota dan panglima perang Raja Balitung. Gambar arca Ganesha seperti terlihat pada Gambar 3.9.
• Arca Durga (Rara Jonggrang)
Ruang keempat disebelah utara menghadap candi Wisnu, didalam ruang terdapat arca Durga Mahisasuramardhini sebagai istri Siwa. Arca Durga Mahisasuramardhini ini berwujut seorang wanita bertangan delapan yang memegang beraneka ragam senjata. Senjata-senjata tersebut antara lain cakra dan gada ditangan kanan atas, anak panah dan ekor banteng ditangan kanan bawah, sankha dan perisai ditangan kiri atas, busur panah dan rambut berkepala raksa asura ditangan kiri bawah. Arca Durga Mahisasuramardhini digambarkan seperti pada Gambar 3.10. Gambar 3.10. Gambar Arca Durga. Arca Durga Mahisasuramardhini ini berdiri diatas banteng Nandi (Mahisasura/lembu jantan) yang sudah dikalahkan dalam sikap “tribangga” yaitu tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh. Banteng Nandi digambarkan sebagai penjelmaan dari Asura yang menyamar. Banteng tersebut merupakan makhuk jahat yang menyamar dan sesudah dikalahkan ditarik dari badan banteng dan menunjukkan sifat aslinya. Durga berhasil mengalahkan banteng Nandi dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah asura yang kemudian ditangkapnya. Durga Mahisasuramardhini dilambangkan sebagai (isteri) Siwa. Menurut mitologi ia tercipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para Dewa. Durga merupakan Dewi kematian, oleh karena itu arca Durga menghadap ke utara yang merupakan mata angin kematian. Arca Durga menggambarkan permaisuri Raja Balitung. Arca Durga oleh penduduk sekitar lebih sering disebut sebagai Rara Jonggrang, seperti pada legenda yang ada di daerah Prambanan. Mengenai legenda Rara Jonggrang seperti pada bab II. Sebenarnya arca Durga ini sangat indah apabila dipandang dari kejauhan, nampak hidup dan tersenyum namun hidungnya telah rusak.
• Candi Brahma
Candi Brahma terletaknya diselatan candi Rara Jonggrang, berukuran lebih kecil dan berbentuk persegi empat dengan sudutnya menonjol ke luar. Candi Brahma mempunyai luas dasar 20 meter persegi dan mempunyai ketinggian dari dasar 37 meter. Pada dinding luar candi terdapat gambar ruangan berisi singa yang berdiri diantara dua tiang dan diatasnya terdapat gambar kalamakara. Arca Brahma seperti pada Gambar 3.11. Gambar 3.11. Arca Brahma. Berbeda dengan candi induk (Candi Rara Jonggrang), Candi Brahma hanya mempunyai satu pintu masuk dan satu ruang yang menghadap ke timur. Ruang tersebut berdiri arca Brahma yang mempunyai empat kepala dan empat lengan. Salah satu tangannya memegang tasbih yang satunya memegang “kamandalu”. Kamandalu merupakan tempat air. Keempat wajah menggambarkan keempat kitab suci Weda, masing-masing menghadap keempat arah mata angin. Pada keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih yang ada di tangan arca Brahma menggambarkan waktu. Arca Brahma digambarkan sebagai dewa pencipta alam. Dibawah arca Brahma juga terdapat sumur dan hanya berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Dasar kaki candi Brahma dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief serupa pada candi Siwa. Relief pada candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita Ramayana yang ada di candi Rara Jonggrang.
• Candi Wisnu
Candi Wisnu terdapat disebelah utara candi Rara jonggrang. Candi Wisnu mempunyai bentuk dan ukuran serta hiasan dinding yang sama dengan candi Brahma. Candi Wisnu juga hanya mempunyai satu ruang seperti candi brahma, satu-satunya ruang tersebut berdiri arca Wisnu. Arca Wisnu mempunyai empat tangan, gada di tangan sebelah kanan, cakra di tangan sebelah kiri dan tiram di tangan sebelah kanan. Dibawah arca Wisnu juga terdapat suatu sumur yang hanya berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Arca Wisnu seperti pada Gambar 3.12. Gambar 3.12. Arca Wisnu. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Kresna sebagai “Avatara” atau penjelmaan Wisnu dan Balarama (Baladewa) kakaknya.
• Candi Nandi
Candi Nandi terletak di deretan sebelah timur dan merupakan candi yang mempunyai luas pada dasar sebesar 15 meter persegi dan mempunyai ketinggian 25 meter. Candi Nandi mempunyai satu jalan masuk yang menghadap kebarat tepat di depan jalan masuk candi Rara Jonggrang. Dinding luar candi terdapat dua macam gambar yang berdampingan. Gambar pertama merupakan gambar ruangan yang berisi seekor singa diantara dua tiang dan diatasnya gambar kalamakara. Gambar kedua merupakan satu pohon yang daunnya terpahat halus dan dibawahnya di kanan-kiri terdapat dua ekor burung. Gambar semacam ini terdapat juga pada kedua candi lainya dideretan sebelah timur. Didalam satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca seekor lembu jantan dalam sikap merdeka yang berbaring menghadap ke candi Siwa. Lembu ini adalah Nandi, hewan yang biasa dikendarai oleh Siwa. Arca lembu yang terdapat dalam candi Nandi mempunyai panjang kurang lebih 2 meter. Selain arca Nandi, dalam ruangan terdapat dua arca lainnya, disudut belakang dari candi nandi ini terdapat arca Dewa Candra disebelah kiri dan Surya disebelah kanan. Candra yang menggambarkan Dewa Bulan, mempunyai mata tiga buah dan berdiri diatas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Surya yang menggambarkan Dewa Matahari berdiri diatas kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak terdapat relief seperti halnya pada candi dideretan sebelah barat.
• Candi Angsa
Candi Angsa terletak disebelah selatan candi Nandi dan berhadapan dengan candi Brahma. Candi Angsa merupakan candi yang mempunyai luas pada dasar sebesar 13 meter persegi dan mempunyai ketinggian 22 meter. Candi Angsa mempunyai satu ruang tetapi ruangan tersebut tidak berisi apapun. Kemungkinan ruangan ini hanya dipakai untuk kandang angsa, hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma. Walaupun tidak terdapat arca didalamnya, namun terdapat sumur yang berisi tulang-tulang anjing bercampur tanah. Mungkin dimaksudkan sebagai sajian korban waktu candi tersebut dibangun. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak terdapat relief seperti halnya pada candi dideretan sebelah barat.
• Candi Garuda
Candi Garuda terletak disebelah utara candi Nandi dan berhadapan dengan candi Wisnu. Candi Garuda mempunyai bentuk, ukuran serta hiasan dinding yang sama dengan candi Angsa. Didalam Candi Garuda terdapat satu ruangan, satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang berwujud seekor Garuda yang berada diatas seekor naga. Garuda merupakan kendaraan Wisnu. Tetapi pada saat ini ruangan candi masih dalam keadaan kosong. Garuda tersebut berwujud burung yang badannya bagian atas berbentuk manusia dengan dua tangan tapi bercucuk. Bagian bawah berbentuk burung yang bersayap, berekor, berkaki dua yang berkuku tajam. Dipunggungnya terdapat suatu tempat duduk untuk Wisnu apabila burung sedang terbang.
• Candi Apit
Candi Apit berada diujung lorong diantara dua barisan candi utama. Di komplek candi Prambanan terdapat dua buah candi Apit. Candi Apit mempunyai luas dasar 6 meter persegi dan mempunyai ketinggian 16 meter dari atas tanah. Candi Apit mempunyai satu ruangan tetapi ruangan tersebut kosong. Kemungkinan dahulu kala candi ini dipergunakan untuk bersemedi sebelum memasuki candi induk.
• Candi Kelir
Candi Kelir dikomplek candi Prambanan terdapat 4 candi. Candi Kelir mempunyai luas dasar sebesar 1,55 meter persegi dan mempunyai ketinggian 4,10 meter. Candi Kelir tidak mempunyai tangga untuk masuk. Candi Kelir berfungsi sebagai penolak bala.
• Candi Sudut
Candi sudut berjumlah empat buah, dan posisinya berada disudut-sudut candi. Candi sudut mempunyai ukuran yang sama dengan candi Kelir.

Deskripsi Bangunan Candi Prambanan

Candi Prambanan terdiri atas tiga latar yaitu: latar bawah, latar tengah dan latar pusat. Latar-latar tersebut makin kearah dalam makin tinggi letaknya. Latar bawah, tengah dan pusat masing-masing mempunyai empat pintu gerbang. Pada latar pusat dan tengah pintu gerbang terletak tepat ditengah-tengah tembok masing-masing, sedangkan pada latar bawah pintu gerbangnya tidak terletak ditengah-tengah, tapi dihadapkan sejurus dengan masing-masing pintu gerbang dari latar atas dan tengah.
Latar tengah terletak didalam latar bawah, dengan letaknya yang lebih tinggi dari latar bawah. Menurut sejarahnya latar tengah dikelilingi tembok batu tetapi tembok tersebut tidak sejajar dengan tembok latar bawah. Latar tengah berbentuk segi empat dan mempunyai luas 222 meter persegi. Pada latar tengah merupakan empat dataran yang meningkat keatas. Pada latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara. Candi-candi Perwara apabila seluruhnya selesai dipugar maka akan terdapat 224 buah candi Perwara, tetapi saat ini candi-candi Perwara yang telah dipugar baru beberapa sedangkan lainnya masih tinggal reruntuhan. Candi perwara tersebut terbagi dalam empat tingkatan. Tingkatan pertama terdapat 68 buah candi Perwara. Pada tingkatan kedua dari bawah terdapat 60 buah. Tingkatan ketiga terdapat 52 buah sedangkan pada tingkatan keempat atau paling atas terdapat 44 buah candi Perwara. Candi-candi Perwara tersebut mempunyai ukuran yang semuanya sama, masing-masing yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter.
Latar pusat terletak didalam latar tengah dengan letak yang lebih tinggi dari pada latar tengah. Latar pusat mempunyai bentuk persegi empat dan dikelilingi tembok yang sejajar dengan latar tengah. Latar pusat mempunyai luas 110 meter persegi. Pada saat ini latar atas sudah dibangun.
Di dalam latar pusat ini terdapat 16 buah candi besar dan candi kecil. Candi-candi utama terdiri atas dua deret yang saling berhadapan. Deret timur terdiri dari candi Nandi, candi Angsa dan candi Garuda. Deretan candi ini kesemuanya menghadap ke arah barat. Candi Nandi yang berada ditengah mempunyai luas dasar 15 meter persegi dan tinggi 25 meter. Sedangkan candi Angsa dan Garuda mempunyai luas dasar 13 meter persegi dan tinggi 22 meter. Sedangkan deret barat yaitu candi Siwa (Rara Jonggrang), candi Wisnu dan candi Brahma. Deretan candi ini semuanya menghadap ketimur dan semuanya lebih besar daripada candi-candi dalam deretan timut. Candi yang berada ditengah yaitu candi Rara Jonggrang merupakan candi tertinggi dengan luas dasar 34 meter persegi dan mempunyai ketinggian 47 meter. Sadangkan candi yang berada disampingnya mempunyai luas dasar 20 meter persegi dan ketinggian 23 meter. Pada ujung lorong yang memisahkan kedua deret candi utama tersebut terdapat sepasang candi Apit. Candi Apit terletak disebelah utara dan sebelah selatan candi-candi utama. Candi apit mempunyai luas dasar enam meter persegi dan ketinggian 16 meter. Dalam latar pusat selain delapan candi tersebut masih ada delapan candi lainnya yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Empat candi diantaranya merupakan candi Kelir dan empat candi lainya merupakan candi Sudut. Candi Kelir terdapat pada empat tempat setelah tangga menuju latar pusat, sedangkan candi Sudut terletak pada tiap-tiap sudut latar pusat. Candi kelir dan candi sudut mempunyai luas dasar 1,55 meter persegi dan ketinggian 4,10 meter. Secara keseluruhan komplek candi Prambanan ini terdiri atas 240 buah candi. Adapun denah dari komplek candi Prambanan ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Denah komplek candi Prambanan.

Situs Situs Sekitar Candi Prambanan

Untuk memisahkan nama candi Prambanan, penulis menamakan seluruh kumpulan candi yang terdapat di Prambanan menggunakan nama Candi Prambanan, sedangkan untuk candi Siwa yaitu candi terbesar dalam komplek candi Prambanan menggunakan nama candi Rara Jonggrang. Nama Rara Jonggrang, nama yang diberikan oleh penduduk disekitar candi terhadap candi Siwa tersebut. Tujuan pemberian nama ini penulis menganggap perlu supaya tidak terjadi kesimpang-siuran dalam penyebutan nama.
Candi Prambanan berbeda dengan candi-candi lainnya yaitu candi Prambanan merupakan candi Siwa (Hindu) sedangkan candi-candi lain disekitarnya merupakan candi Budha. Candi Prambanan merupakan tempat upacara agama yang digunakan untuk menghormati Dewa Trimurti : Brahma, Siwa, Wisnu.

Legenda Candi Prambanan

Masyarakat sering menyebut candi Prambanan dengan nama candi Larajonggrang, suatu sebutan yang sebenarnya keliru karena seharusnya Rara Jonggrang. Kata rara dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak gadis. Dalam cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabu Ratu Baka yang namanya diabadikan sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi Prambanan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut ada seorang kesatria yang gagah perkasa bernama Bandung Bandawasa. Ia mempunyai kekuatan supranatural dan ingin mempersunting putri Rara Jonggrang untuk dijadikan istri. Rara Jonggrang merupakan putri yang cantik jelita dari seorang raja yang bernama Prabu Baka, yang bertahta dikraton diatas gunung Boko di selatan Prambanan. Akan tetapi Rara Jonggrang tidak menyukainya.
Untuk menolak permintaan Bandung Bandawasa secara halus, Rara Jonggrang mengajukan suatu tuntutan dengan harapan supaya Bandung Bandawasa tidak dapat memenuhi, dengan demikian tidak terjadi perkawinan. Permintaan tersebut ialah: Bandung Bandawasa harus membuat candi dengan seribu arca didalamnya dalam waktu satu malam.
Permintaan tersebut dipenuhi oleh Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa dengan kesaktiannya dan karena ingin sekali memenuhi tuntutan Rara Jonggrang yang dicintainya, memanggil beribu-ribu makhluk halus untuk membantu membuat candi tersebut dalam satu malam. Sesudah matahari terbenam Bandung Bandawasa dengan dibantu beribu-ribu makluk halus mulai bekerja dengan giat. Semalam penuh mereka bekerja terus dan ketika malam hampir berakhir hanya tinggal satu candi yang belum selesai.
Rara Jonggrang yang semalaman tidak tidur dan selalu mengikuti jalannya pembuatan candi menjadi gelisah ketika mengetahui bahwa pembuatan candi hampir selesai dan permintaannya akan dapat terpenuhi. Dengan tidak menunggu lebih lama Rara Jonggrang keluar dari kraton serta memerintahkan pada semua pemudi untuk bangun dan mulai menumbuk padinya. Dalam waktu sekejap diseluruh daerah sekitar kraton terdengar pukulan lesung (tempat menumbuk padi) dengan sangat ramainya. Para makhluk halus yang mendengar suara gemuruh disekitarnya dan banyak orang yang sudah mulai bekerja, mengira hari sudah pagi dan dengan segera mereka kembali ketempat tinggal masing-masing, karena takut ketahuan oleh manusia. Dengan demikian satu arca tidak dapat dibuatnya.
Bandung Bandawasa melihat kejadian yang demikian menjadi cemas dan mengetahui bahwa semua itu adalah tipu muslihat dari Rara Jonggrang. Dengan sangat marah, karena keinginannya tidak dapat terlaksana akibat perbuatan Rara Jonggrang sendiri, Bandung Bandawasa marah dan mengutuk putri Rara Jonggrang menjadi pelengkap arca yang keseribu. Arca tersebut dipercayai sebagai arca Durgamahisasuramardhini yang berada di bilik utara Candi Siwa. Terhadap para pemudi Prambanan yang membantu Rara Jonggrang, Bandung Bandawasa mengutuknya dengan penyataan bahwa semua pemudi Prambanan baru akan kawin kalau umurnya sudah lanjut. Yang jelas Durgamahisasuramardhini adalah istri Dewa Siwa.

Sabtu, 20 Maret 2010

Asal Penemuan Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.

Candi Prambanan atau Candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceriterakan tentang seorang dara yang jonggrang (jangkung) yang adalah putri Prabu Boko. Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan yang dihiasi dengan relief cerita Ramayana yang dapat dinikmati dengan ber-pradaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.

CANDI PRAMBANAN

CANDI PRAMBANAN merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.